Allah Ta’ala berfirman,

قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ هُمۡ فِی صَلَاتِهِمۡ خَـٰشِعُونَ وَٱلَّذِینَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya, dan menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” (QS. Al-Mukminun: 1-3)

Tafsir ayat ini:

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim dari jalur Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam tafsir ayat,

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعۡرِضُونَ

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. Al-Mukminun: 3)

Maksudnya adalah pekara kebatilan. Allah Ta’ala menyebutkan dalam ayat ini bahwa di antara sifat mukmin yang beruntung adalah menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan yang dimaksudkan di sini adalah hal yang tidak ada faedahnya, baik dari perkataan maupun perbuatan, termasuk di dalamnya bermain-main, bersenda gurau, dan apa apa yang dapat menurunkan wibawa seseorang.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka karena menjauhi hal-hal yang melalaikan. Menjauhi di sini artinya tidak mengerjakannya, tidak rida terhadap perbuatannya, dan tidak bergaul dengan orang yang lalai. Berdasarkan hal ini Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغۡوِ مَرُّوا۟ كِرَامࣰا

Apabila mereka bertemu dengan (orang-orang yang mengerjakan pekerjaan yang) tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)

Ini merupakan adab yang mulia di antara adab-adab bermuamalah dengan beberapa orang.

Dan mereka adalah kelompok orang tidak dihormati karena suka lalai. Mereka bukan termasuk orang yang memiliki martabat (kehormatan). Oleh karena itu, menjauhi kelalaian mereka merupakan bentuk meninggalkan dari berbuat hal-hal yang rendah bersama mereka.

Aku (Syekh Al-‘Ubailan) mengatakan perkara-perkara ini dapat dilakukan dengan mudah secara langsung, maupun perantara-perantara yang beraneka macam di zaman kita ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَمِعُوا۟ ٱللَّغۡوَ أَعۡرَضُوا۟ عَنۡهُ وَقَالُوا۟ لَنَاۤ أَعۡمَـٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَـٰلُكُمۡ سَلَـٰمٌ عَلَیۡكُمۡ لَا نَبۡتَغِی ٱلۡجَـٰهِلِینَ

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (QS. Al-Qasas: 55)

Baca Juga:

***

Penerjemah: Muhammad Bimo Prasetyo

Artikel: www.muslim.or.id

 

Sumber:

Diterjemahkan dari tulisan singkat Syekh ‘Abdullah bin Shalih Al-‘Ubailan hafizahullahu Ta’ala.



© 2022 muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/78655-salah-satu-ciri-iman-yang-sempurna-menjauhi-hal-yang-tidak-bermanfaat.html